Gunungapi Soputan merupakan gunungapi strato yang terletak pada posisi geografis 1°06’30” Lintang Utara dan 124°44’00” Bujur Timur. Secara administratif berada di Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara. Ketinggian G. Soputan sekitar 1784 m di atas muka laut.
Aktivitas vulkanik G. Soputan dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah sejak tahun 1991. Pertumbuhan kubah lava tersebut sering diiringi dengan letusan abu. Dalam status Waspada (Level II), kegiatan G. Soputan dicirikan oleh hembusan asap di tubuh kubah lava.
Sejak tanggal 23 Agustus 2012 terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah Gempa Guguran dan Gempa Vulkanik Dalam (VA). Karena terjadi peningkatan aktivitas vulkanik maka pada tanggal 26 Agustus 2012 pukul 20:00 WITA status kegiatan G. Soputan dinaikan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Pada tanggal 26 - 27 Agustus dan tanggal 18 – 19 September 2012 terjadi erupsi eksplosif yang disertai aliran lava dan lontaran material pijar.
Keadaan cuaca di sekitar Pos Pengamatan Gunungapi Soputan umumnya cerah hingga berawan dan disertai hujan gerimis hingga deras. Angin umumnya bertiup dari arah barat dan timur dengan intensitas lemah hingga kencang. Puncak G. Soputan kadang teramati hembusan asap putih tipis dengan tinggi antara 25 – 100 meter.
Kegempaan
Berikut disampaikan hasil pengamatan kegempaan yang terjadi di G. Soputan hingga bulan November 2012:
-Tanggal 1 – 5 September 2012, terekam 91 kejadian getaran Tremor Harmonik, 124 kejadian Gempa Guguran, 406 kejadian gempa Hembusan, 1 kejadian gemp Vulkanik Dangkal (VB), 15 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 3 kejadian gempa Tektonik Jauh (TJ).
-Tanggal 6 – 10 November 2012, terekam 58 kejadian getaran Tremor Harmonik,136 kejadian gempa Guguran, 518 gempa Hembusan, 1 kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB), 15 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA).
- Tanggal 11 – 15 November 2012, terekam 95 kejadian getaran Tremor Harmonik,87 kejadian gempa Letusan, 646 kejadian gempa Hembusan, 13 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 3 kejadian gempa Tektonik Jauh (TJ).
-Tanggal 16 – 20 November 2012, terekam 41 kejadian getaran Tremor Harmonik,18 kejadian gempa Guguran, 128 kejadian gempa Hembusan, 1 kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB), 11 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kejadian gempa Tektonik Lokal (TL) dan 4 kejadian gempa Tektonik Jauh (TJ).
-Tanggal 21 – 25 November 2012, terekam 6 kejadian gempa Guguran, 45 kejadian gempa Hembusan, 2 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 2 kejadian gempa Tektonik Jauh (TJ).
-Tanggal 26 sampai 27 November 2012 hingga pukul 06:00 WITA, terekam 5 kejadian getaran Tremor Harmonik, 12 kejadian gempa Guguran, 71 kejadian gempa Hembusan, 2 kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB), 3 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 2 kejadian gempa Tektonik Jauh (TJ).
Evaluasi
Secara visual hembusan asap kawah teramati putih tipis dengan tinggi antara 25 – 100 m dan hingga saat ini tidak terlihat perubahan yang signifikan.
Hasil pemantauan kegempaan G. Soputan menunjukkan bahwa sejak tanggal 1 hingga 26 November 2012 terjadi penurunan jumlah gempa Vulkanik Dalam (VA), gempa Guguran dan Gempa Hembusan jumlahnya semakin menurun. Untuk gempa Vulkanik Dangkal (VB) selama 5 (lima) hari terekam hanya 2 kejadian. Jumlah Tremor Harmonik juga semakin menurun dari 95 kejadian menjadi 5 kejadian. Pemantauan secara intensif terus dilakukan, karena peningkatan kegiatan berlangsung relatif cepat yang diikuti dengan suatu erupsi.
Potensi Bahaya
Potensi bahaya G. Soputan adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan kubah lava dimulai sejak tahun 1991, hingga meluber keluar dari bibir kawah menyebabkan sering terjadi guguran lava, dengan jarak luncur sekitar 2 hingga 6,5 km dari puncak ke arah barat, sedangkan penduduk terdekat berjarak 8 km dari puncak.
Pada saat musim penghujan dapat terjadi pembentukan uap dari air hujan oleh kubah lava yang masih panas, sehingga terjadi letusan sekunder, berupa letusan freatik (letusan uap) yang dapat memicu guguran kubah lava dan awan panas guguran (tipe Karangetang).
Ancaman bahaya letusan gunungapi Soputan bagi penduduk relatif kecil, karena permukiman dan aktivitas penduduk terdekat berjarak 8 km dari puncak. Tercatat pada Juni 2008, terjadi luncuran awan panas mencapai 6,5 km dari puncak.
Ancaman terbesar di daerah perkemahan (camping ground) di lereng timur laut berjarak sekitar 3 sampai 4 km dari puncak G. Soputan.
Menurut catatan sejarah aktivitas letusan Soputan umumnya bersifat eksplosif dengan pusat kegiatan di puncak. Tercatat beberapa kejadian aliran lava, awan panas dan pertumbuhan kubah lava. Pada saat ini G. Soputan memiliki endapan abu di lereng sebelah timur dan tenggara, apabila terjadi hujan lebat akan mengakibatkan aliran lahar diataranya ke arah bantaran S. Popang, S. Kawangkoan, S Lowian, S. Pinamangkolan, S. Ranowangko, S. Pontu, Royongan Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya dan Kuala Palaus. Potensi bahaya lainnya adalah guguran lava yang masih sering terjadi di sekitar tubuh gunungapi, umumnya guguran terjadi di bagian utara. Yang harus diwaspadai selanjutnya adalah jika terjadi guguran kubah lava yang diikuti awan panas guguran ke arah Silian, karena bukaan kawahnya menuju ke daerah tersebut.
Kesimpulan
Sejak tanggal 1 hingga 26 November 2012, aktivitas kegempaan G. Soputan cenderung menunjukkan penurunan.
Berdasarkan hasil evaluasi pemantauan kegempaan dan visual, maka terhitung tanggal 27 November 2012 pukul 17:00 WITA status kegiatan G. Soputan diturunkan dari “SIAGA” menjadi “WASPADA”.
Jika terjadi perubahan penurunan/peningkatan aktivitas vulkanik G. Soputan secara signifikan, maka tingkat kegiatannya dapat diturunkan/dinaikkan sesuai dengan tingkat kegiatan dan ancamannya.
Pemantauan secara intensif masih terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Soputan serta sosialisasi tentang ancaman bahaya erupsi G. Soputan secara intensif terus dilakukan agar masyarakat di sekitar memahaminya.
VII. Rekomendasi
Sehubungan dengan penurunan status kegiatan G. Soputan menjadi WASPADA, kami merekomendasikan sebagai berikut:
Masyarakat agar tidak mendekati dan melakukan aktivitas pada radius 4 km dari puncak G. Soputan
Mewaspadai terjadinya ancaman banjir lahar, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng G. Soputan, seperti S. Ranowangko, S. Pentu, S. Lawian dan S. Popang, S. Kawangkowan, S. Pinamangkolan, Royongan Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya dan Kuala Palaus
Masyarakat di sekitar G. Soputan diharap tenang, tidak terpancing isyu-isyu letusan G. Soputan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara tentang aktivitas G. Soputan. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Soputan atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Untuk Informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat).
#Sumber : BADAN GEOLOGI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
status G. Soputan turun dari “SIAGA” menjadi “WASPADA”.
Proses Terjadinya Gunung Meletus
07.53 |
Dalam
beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai
lava mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan yang
lain, abu merah panas dan bara api menyembur keluar dari puncak
gunung, dan bongkahan batu-batu panas besar terlempar tinggi ke udara.
Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan yang sangat besar, begitu
besar sehingga dapat memecah-belah gunung
Pada
dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang
terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam
interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini
meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma.
Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah
permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga
48 km
Magma
yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena
massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya.
Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya
sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari
permukaan. Magma chamber inilah yang merupakan gudang (reservoir)
darimana letusan material-material vulkanik berasal
Magma
yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah
tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan
magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan
yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini
menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di
dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian
besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar
melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang
menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung
berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut
enampang
bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari
oksida yang tidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke
permukaan dari kedalaman lk. 200 km melalui mantel, hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen dan garnet
dalam peridotit pada bagian atas mantel
Pengetahuan
tentang lempeng tektonik merupakan pemecahan awal dari teka-teki
fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan
gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan.
Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi
magma serta lokasi dan kejadian gunungapi
Panas
bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan
bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul
dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th
terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian
mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.
Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas
vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan
berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar
mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan
menyempit disekitarnya.
Pada
bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi,
material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian
tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga
kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi
beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak
satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas
litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang
disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat
atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa
bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak
benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2
miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km),
lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua
posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan
berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.
Struktur gunung api, terdiri atas:
1. Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar
2.
Kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya
lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi akibat
letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya;
kalderaruntuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi
akibat pengeluaran material yangsangat banyak dari dapur magma;
kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuhgunungapi
diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi
akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi
kaldera
3.
Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi
yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan meter.
Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan
disebut graben
4.
Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volumebesar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak
bumi. Depresi ini dapat mencapaiukuran puluhan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter
Tipe-tipe gunung api berdasarkan bentuknya (morfologi):
1.
Stratovolcano, Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan
berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis
dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar
(raksasa), terkadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi
sudah beberapa ratus kali
2.
Perisai, Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan
masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi
(curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari
batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat
di kepulauan Hawai
3.
Cinder Cone, Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil
batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung
jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di
atas 500 meter dari tanah di sekitarnya
4.
Kaldera, Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat
kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan.Gunung
Bromo merupakan jenis ini
BAGAIMANA GUNUNGAPI TERBENTUK?
Gunung
api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk
akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi
akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera
Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busur gunungapi
pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda:
1.
Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk
busur gunungapi tengah samudera.
2.
Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak
benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan
lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian
membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3.
Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi
jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur
gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
4.
Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini
merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.
penampang
diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di
permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme
peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi
tengah samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar
samudera
di
indonesia (jawa dan sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat
tumbukan kerak samudera hindia dengan kerak benua asia. Di sumatra
penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke
permukaan membentuk pulau-pulau, seperti nias, mentawai, dllSelamat Pagi Dan Salam REBOISASI.....