Mendaki gunung atau sering orang menyebutnya hiking adalah
salah satu bentuk olahraga, hanya saja dilakukan di tengah alam terbuka
yang liar bahkan cenderung ekstrim. Kegiatan yang dilakukan di tempat
yang merupakan habitat manusia ini menambah kengerian dari olah raga
yang memang cukup berbahaya. Dan yang menjadikan kegiatan ini menjadi
divisi yang wajib ada dalam sebuah organisasi pecinta alam adalah
peminat kegiatan ini adalah yang paling banyak dari sekian divisi yang
ada seperti panjat tebing, susur gua dan arum jeram.
Tempat pelaksanaan dari kegiatan ini yang berada di alam bebas
membuat kegiatan ini menjadi kegiatan yang memiliki resiko yang cukup
tinggi. Bagaimanapun, gunung dengan rimba liarnya, tebing terjal, udara
dingin, kencangnya angin yang membuat tulang ngilu, malam yang gelap dan
kabut yang perkat bukanlah habitat manusia modern. Hal inilah uang
membuat kegiatan ini memiliki tingkat bahaya yang tinggi, tidak
tanggung-tanggung kematian adalah resiko yang memang ada dalam setiap
pendakian gunung.
Unsur yang paling dominan dalam kegiatan mendaki gunung adalah
petualangan. Menurut sebuah web petualangan di artikan sebagai satu
bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil
perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya
perjalanan. Perasaan yang muncul saat petualangana dalah rasa takut
menghadapi behaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut
maka tidak ada petualangan karena tidak ada tantangan. Penaklukan akan
rasa takut adalah alasan mendasar dari ini semua. Karena semua inilah
kebanyakan orang beralasan untuk mendaki gunung.
Ketika kita bicara tentang alasan para pendaki gunung ini atas apa
yang mereka lakukan maka akan kita temui banyak sekali alasan yang
memang sangat tergantung dari masing-masing individu. Mereka para sensation seeker
(pemburu sensasi) berargumen bahwa motif dari apa yang mereka lakukan
adalah untuk mendapat sesuatu yang didapatkakan dari sensasi atau
pengalaman itu sendiri.Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun
yang kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem (kebanggaan/kepercayaan diri). Sejalan dengan orang-orang sensation seeker
ini, mereka orang-orang yang berjiwa petualang akan memberikan argumen
tentang alasan mereka kenapa naik gunung adalah ingin menaklukan rasa
takut, karena bagi mereka rasa takut adalah musuh yang memang harus
dikalahkan, karena rasa takut yang membuat kita tidak berani bertindak,
dan ketikberanian kita untuk betindaklah yang membuat kita mendapatkan
predikat sebagai seorang pengecut.
Dan alasan yang terakhir yang mungkin diutarakan oleh mereka yang para pelaku mountenering
adalah argumen mereka orang-orang yang sangat berjiwa pecinta alam,
mereka adalah orang-orang yang sangat mematuhi norma-norma
kepecintaalaman seperti TRIKOTIPA (Tiga Kode Etik Pecinta Alam) yang
kurang lebih isinya; tidak boleh meninggalkan apapun kecuali jejak,
tidak boleh mengambil apapun kecuali gambar, dan tidak boleh memburu
apapun kecuali waktu. -Tapi bukan berarti mereka yang tidak termasuk
dalam kelompok ini tidak pernah mematuhi norma-norma pecinta alam,
karena memang nilai-nilai yang terkandung dalam norma-norma ini adalah
keadaan ideal yang harus dipenuhi oleh siapa saja yang masuk ke alam
bebas-.
Menikmati keindahan alam yang disajikan oleh gunung adalah alasan
utama dari pendakian gunung yang mereka lakukan. Mereka berpendapat
bahwa pemandangan yang kita dapatkan ketika kita naik gunung adalah
pemandangan yang benar-benar eksotik yang tak akan pernah kita temukan
di perkotaan. Lebih jauh lagi sebagian mereka yang memang orang-orang
dengan latar belakang agama yang bisa dibilang cukup menyatakan bahwa
ketika kita menikmati pemandangan alam, esensinya kita sedang mengagumi
karya yang diciptakan oleh Sang Maha Agung, dan pada akhirnya rasa kagum
inilah yang membuat kita semakin bersyukur atas apa yang Tuhan berikan
pada kita.
Alasan yang diutarakan di atas adalah alasan secara umum kenapa orang
mendaki gunung. Namun kita akan mendapatkan jawaban yang agak berbeda
ketika kita bertanya pada beberapa tokoh yang terkenal dalam bidang
pendakian gunung ini. Soe Hok Gie seorang aktifis mahasiswa tahun 40an
berargumen tentang alasanya kenapa naik gunung “Naisonalisme tidak
tumbuh dari slogan atau indotrinasi. Cinta tanah air hanya tumbuh dari
melihat langsung alam dan masyarakatnya. Untuk itulah kami naik gunung”.
Hal ini diutarakanya ketika dia ditanya oleh mahasiswa senat fakultas
sastra UI. Dan “Because it’s there” adalah jawaban singkat dari pendaki
gunung legendaris asal Inggis, sir George Leigh Mellory.
Pelaksanaan pendakian gunung biasanya dilakukan secara kelompok,
kendati demikian ada juga yang melakukanya secara individu, namun
pendakian secara individu akan menjadi kegiatan yang sangat berbahaya
untuk dilakukan. Jumlah personil yang ideal dalam setiap kelompok adalah
7 sampai 10 orang, dengan sedikitnya satu dari personil tahu medan dari
gunung yang akan didaki. Sedangakan jumlah personil minimal yang
disarankan adalah tiga orang, hal ini dengan alasan apabila satu di
antara tiga personil tadi terjadi yang tidak di inginkan maka satu
diantara personil yang sehat menemani korban dan yang lain mencari
bantuan.
0 komentar:
Posting Komentar